Desa Jalatrang, 28 Juli 2025 – Di tengah semangat Pengabdian pada Masyarakat (P2M) 2025 yang dilaksanakan oleh mahasiswa PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya, salah satu momen penting terjadi di MIS Cidoyang, Desa Jalatrang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis. Pada hari Selasa, para guru MI mendapatkan kesempatan istimewa mengikuti penyuluhan literasi yang dibawakan langsung oleh dosen UPI dengan tema “Menghidupkan Literasi, Menguatkan Generasi.”

Penyuluhan ini menjadi bagian integral dari upaya pemberdayaan pendidikan di wilayah desa, sekaligus perwujudan kontribusi nyata dosen dalam mendampingi para pendidik lokal. Bertempat di ruang kelas yang disulap menjadi forum diskusi terbuka, kegiatan ini dihadiri oleh para guru dari MIS Cidoyang yang menunjukkan antusiasme tinggi dalam menyimak materi serta berbagi pengalaman mengajar di lingkungan yang penuh tantangan.

Dalam penyampaian materinya, para dosen menekankan pentingnya budaya literasi sebagai fondasi pembentukan karakter dan daya pikir siswa. Literasi tidak hanya dimaknai sebatas membaca dan menulis, tetapi juga sebagai kemampuan berpikir kritis, bernalar, serta memahami informasi secara mendalam dalam berbagai konteks kehidupan.

Dengan mengangkat praktik-praktik sederhana namun bermakna, para dosen mengajak para guru untuk menghidupkan suasana kelas melalui kegiatan literasi kreatif seperti membaca bersama, menulis refleksi, serta berdialog dengan pendekatan naratif. Kegiatan ini juga membekali guru dengan strategi menyisipkan literasi dalam berbagai mata pelajaran, sehingga literasi menjadi bagian alami dari proses belajar-mengajar, bukan kegiatan yang terpisah.

Salah satu dosen pemateri, Ibu Istikhoroh Nurzaman, S.Pd, M.Pd., menyampaikan bahwa guru memiliki peran sentral dalam membangun generasi pembelajar yang tangguh. “Menghidupkan literasi bukanlah beban tambahan, melainkan jembatan untuk membawa anak-anak kita menuju masa depan yang lebih baik. Literasi yang hidup akan melahirkan generasi yang kuat, tangguh, dan berpikiran terbuka,”

Penyuluhan ini pun menjadi ruang pertukaran gagasan dan praktik antara akademisi dan praktisi pendidikan di desa. Para guru mengaku mendapatkan wawasan baru sekaligus motivasi untuk terus mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna dan menyentuh kehidupan siswa secara nyata. Dengan berakhirnya sesi penyuluhan, tersirat harapan besar agar sinergi antara kampus dan sekolah dapat terus terjalin. Literasi sebagai gerakan bersama diharapkan tumbuh subur di MIS Cidoyang dan sekolah-sekolah lainnya, menjadi pondasi kokoh bagi tumbuhnya generasi yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan bersama, dan bahwa pengabdian tidak hanya mengubah tempat, tetapi juga menyentuh hati dan membuka cakrawala berpikir para pendidik dan anak-anak bangsa.